Faktanusa.com, Balikpapan – Sejumlah pedagang makanan di kawasan terminal Bus Batu Ampar (Batam) Kecamatan Balikpapan Utara mengeluhkan sepinya pengunjung disaat pandemi Covid 19.
Seperti yang di sampaikan Yuni (34) penjual Soto Ayam ini mengatakan. Sebelum pandemi Covid-19 datang pendapatan agak lumayan. Namun saat pandemi sangat menurun draktis. Jangankan mendapatkan untung, untuk kembali modal saja tidak tercapai.
“Jangankan memperoleh keuntungan, untuk kembali modal jualan saja tidak tercapai. Terpaksa kita harus banting tulang berusaha agar tiap hari masih dapat jualan, “keluh Yuni yang sudah 7 tahun jualan di Terminal Batu Ampar Senin (21/09/2020).

Hal serupa juga disampaikan Kally (43) penjual Pecel Ayam. Situasi saat ini benar-benar memprihatinkan. Untuk bisa bertahan hidup saja sudah lebih dari syukur.
Baik Yuni, Kelly serta beberapa pedagang lainnya berharap agar pandemi Covid-19 ini segera dapat berakhir. Dan memohon kepada Pemerintah Kota dapat memperhatikan nasib para pedagang kecil. Paling tidak memberikan bantuan, agar dapat bertahan hidup. Karena kami pedagang kecil juga terkena dampak Covid-19.
“Kami mohon Pemerintah Kota Balikpapan dapat memperhatikan nasib pedagang kecil. Karena kami juga merasakan dampak dari Covid-19 juga, “pinta Yuni yang diamini pedagang lainnya.
Menurut tokoh masyarakat Kecamatan Balikpapan Utara Sugiono yang ikut memantau kawasan pedagang di Terminal Batam mengatakan. Penyebab utama yang dikeluhkan pedagang adalah pandemi Covid-19. Dimana sepi pengunjung, karena hampir semua armada bus jurusan Samarinda tidak beroperasi. Akibatnya keadaan sangat sepi tanpa penumpang.
Melihat situasi seperti ini, seharusnya Pemerintah Kota dapat memperhatikan dan peduli untuk memberikan bantuan. Paling tidak agar mereka dapat bertahan hidup. Karena mereka juga masyarakat kecil yang kena dampak dari Covid-19.
“Dalam memberikan bantuan kepada masyarakat yang terkenan dampak Covid-19 Pemkot Balikpapan jangan pilih kasih. Sehingga terjadi pemerataan dan pedagang kecilpun terkena dampak Covid-19, “tegas Sugiono.
Penulis : Edy/**
Editor : Shinta Setyana