Faktanusa.com, Balikpapan – Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Kalimantan Timur, Sigit Wibowo, S.E., M.E. melaksanakan kegiatan Sosialisasi tentang Penguatan Demokrasi Daerah Ke-4 dengan tema “Human Security”, di Jl. Marsma R Iswahyudi Perumahan Daksa 4 RT. 005 Kel. Sepinggan, Kec. Balikpapan Selatan, Kota Balikpapan, Jum’at (25/04/2025).
Pada kegiatan ini Sigit Wibowo menghadirkan narasumber Kepala Bidang Politik Dalam Negeri dan Ormas Ruddy Iskandar, Pak Joko dari ketua DPD Forum Relawan Demokrasi dan Moderator acara Imam Sutejo Kurniawan serta dihadiri tokoh masyarakat, tokoh agama, bapak-bapak, ibu-ibu dan pemuda setempat dari RT 05 dan RT 06.
Dalam kesempatan itu Sigit Wibowo mengatakan, kegiatan ini merupakan kegiatan DPRD provinsi Kaltim yang akan rutin dilaksanakan, sama halnya seperti kegiatan lainnya yakni Sosialisasi Perda, Reses. Kegiatan ini diharapkan agar masyarakat memahami demokrasi di era reformasi.
“Tugas fungsi DPRD perlu saya sampaikan yang pertama adalah melakukan pengawasan ketika dalam proses pengusulan aspirasi rakyat bisa disampaikan baik itu dalam rapat musrenbang, sosper maupun di reses,” ujar Sigit.
“Kegiatan ini akan rutin dilaksanakan, namun temanya akan berbeda disetiap pelaksanaannya. Dan Dewan akan memperjuangkan dan mengawal aspirasi tersebut,” sambungnya.
Namun terkait Penguatan Demokrasi Daerah yang bertemakan Human Security, Sigit sedikit menjelaskan Human Security artinya keamanan manusia yang merupakan salah satu aspek pertahanan dan keamanan negara yang berfokus pada perlindungan Masyarakat dan komunitas tujuannya untuk memperluas keamanan Masyarakat bukan hanya kepentingan negara.
“Human security baru bisa berubah menjadi ancaman keamanan negara atau keamanan nasional apabila gangguan itu sudah terjadi secara sistematis berdampak meluas sehingga mengancam keutuhan negara atau bangsa dan keselamatan masyarakat banyak,” jelas sigit
“Kalau dulu kita zaman kerajaan untuk merebut kekuasaan dengan cara berperang baik antar suku antar kerajaan antar bangsa antar negara dan kemudian terjadilah penjajahan. Seperti negara kita ini dijajah oleh negara Jepang dan Belanda karena kakayaan alamnya yang ingin dikuasai. Sementara negara Indonesia terkenal dengan baik dan ramahnya sehingga masuknya negara dari luar dengan gampang dikuasainya,” terangnya.
Terakhir, Sigit berharap masyarakat tidak hanya memahami konsep keamanan manusia secara teori, tetapi juga mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, baik dari lingkungan rumah, kampung, hingga dunia.
Sementara itu, Ruddy Iskandar memaparkan human security dari sisi sejarah dan filosofi. Menurutnya, gagasan ini telah berkembang sejak berakhirnya Perang Dunia dan Perang Dingin, dan berfokus pada kesejahteraan rakyat, bukan semata-mata pertahanan negara.
“Keamanan manusia berpusat pada manusia. Fokusnya beralih ke perlindungan individu. Dimensi pentingnya adalah mencakup kesejahteraan individu dan menanggapi kebutuhan masyarakat biasa dalam menghadapi sumber ancaman. Keamanan tradisional berupaya melindungi negara dari agresi eksternal,” jelasnya.
Ruddy menambahkan, nilai-nilai serupa telah lebih dulu hadir dalam sejarah bangsa dan agama, salah satunya lewat Piagam Madinah di masa Nabi Muhammad SAW.
“Dimana kita punya Pancasila dan UUD 1945, yang intinya adalah melindungi dan mencerdaskan rakyat. Ini juga bagian dari human security,” pungkasnya. (Adv/Shin)