Faktanusa.com, Samarinda – Kabupaten Mahakam Ulu (Mahulu), yang baru resmi berdiri pada 2013 lalu, menjadi salah satu daerah termuda di Kalimantan Timur. Meski usianya masih belia, kabupaten yang berbatasan langsung dengan negara tetangga Malaysia ini menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Namun, di balik kemajuan tersebut, masih tersimpan berbagai tantangan berat, terutama soal infrastruktur dan layanan dasar masyarakat.
Anggota Komisi III DPRD Kaltim, Jahidin, menyatakan kebanggaannya atas semangat masyarakat dan jajaran pemerintah daerah Mahulu yang terus berusaha memperbaiki kondisi daerahnya. “Meskipun kami masih harus membagi anggaran provinsi ke sepuluh kabupaten/kota, Mahulu tetap menjadi prioritas perhatian kami,” ujarnya dalam wawancara eksklusif beberapa waktu lalu di Samarinda.
Menurut Jahidin, anggaran pembangunan dari Pemerintah Provinsi Kaltim pernah mencapai Rp22 miliar, tetapi mengalami penurunan akibat pembagian yang harus merata ke daerah lain. Meski demikian, para wakil rakyat dan pemerintah daerah tetap berkomitmen mengupayakan pembangunan yang berkelanjutan. Salah satunya adalah pembangunan infrastruktur vital seperti jalan, jembatan, dan lapangan terbang yang diharapkan dapat menjadi jembatan penghubung dan membuka akses ekonomi serta sosial bagi masyarakat.
Politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini juga mengapresiasi peran Wakil Ketua DPRD Kaltim, Ekti Imanuel, yang terus memperjuangkan pembangunan lapangan terbang di Mahulu. “Lapangan terbang ini sangat penting untuk wilayah perbatasan, agar akses dan mobilitas masyarakat lebih lancar, baik untuk kebutuhan ekonomi, sosial, maupun keamanan,” jelas Jahidin.
Namun, jalan menuju kemajuan tidak selalu mulus. Infrastruktur menjadi masalah utama yang kerap dikeluhkan masyarakat. Banyak jembatan yang pembangunannya belum rampung dan sempat menjadi temuan dalam audit pemerintahan. Jahidin mengungkapkan keterbatasan anggaran menjadi kendala utama yang memperlambat pembangunan tersebut.
“Kondisi ini menyebabkan masyarakat merasa terisolasi. Bahkan ada protes yang cukup menyentuh, seperti warga yang mengibarkan bendera Malaysia di wilayah kita, serta anak-anak yang lebih memilih bersekolah di Malaysia karena akses pendidikan di daerah kita masih sulit,” paparnya.
Kondisi ini menjadi peringatan keras bagi pemerintah provinsi dan DPRD untuk terus memperjuangkan hak-hak dasar masyarakat Mahulu agar tidak terpinggirkan.
Selain infrastruktur jalan dan jembatan, masalah kelistrikan juga menjadi sorotan serius. Kaltim, sebagai salah satu penghasil devisa terbesar Indonesia melalui sektor pertambangan batubara dan migas, masih memiliki 211 desa yang belum teraliri listrik. Situasi ini menjadi ironi besar, mengingat potensi alam yang dimiliki provinsi ini.
DPRD Kaltim, lanjut Jahidin, baru saja mengesahkan Peraturan Daerah (Perda) tentang Kelistrikan sebagai bentuk keseriusan mempercepat elektrifikasi di desa-desa yang gelap gulita. “Kami menginginkan perusahaan tambang yang selama ini menikmati hasil bumi Kaltim turut berkontribusi nyata dalam menyediakan listrik bagi masyarakat sekitar,” tegas Jahidin.
Perda tersebut mengatur agar setiap perusahaan di sektor energi wajib berperan aktif dalam penyediaan listrik bagi komunitas lokal. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar tidak ada lagi warga yang harus hidup tanpa listrik di era modern ini.
Tidak hanya berfokus pada pembangunan fisik, Jahidin juga menekankan pentingnya pembangunan sumber daya manusia (SDM) sebagai bagian dari investasi jangka panjang. Ia mengingatkan bahwa program beasiswa Kaltim Tuntas telah dibuka secara daring, memberikan kesempatan bagi anak-anak dari seluruh jenjang pendidikan untuk mendapatkan bantuan biaya sekolah dan kuliah.
“Program ini sudah dibuka dari tingkat SD hingga perguruan tinggi. Kelengkapan administrasi bisa menyusul. Kami ingin tidak ada lagi alasan putra-putri Kaltim, khususnya dari Mahulu dan Kubar, untuk tidak melanjutkan pendidikan,” ujarnya.
Dengan akses pendidikan yang semakin terbuka, Jahidin optimis generasi muda Mahulu akan tumbuh menjadi sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu mengangkat masa depan daerah serta provinsi.
Jahidin menutup perbincangan dengan optimisme tinggi. Ia meyakini bahwa meski Mahulu masih muda dan penuh tantangan, daerah ini memiliki potensi besar untuk menjadi salah satu pilar kemajuan Kaltim.
“Mahulu adalah masa depan Kaltim. Pembangunannya harus menjadi prioritas bersama, agar tidak ada lagi kesenjangan dan isolasi yang dialami masyarakat. Ini adalah perjuangan kita semua,” pungkas Jahidin.
Dengan komitmen dan kerja sama antara pemerintah, DPRD, masyarakat, dan sektor swasta, harapan besar bagi Kabupaten Mahakam Ulu untuk terus maju dan berkembang bisa terwujud. Kabupaten muda ini akan terus berbenah, demi kesejahteraan masyarakat dan kemajuan Kalimantan Timur secara keseluruhan. (Adv/**)