
Faktanusa.com, Balikpapan – Anggota Komisi II DPRD Kalimantan Timur, Sigit Wibowo, kembali menyapa masyarakat melalui kegiatan Penguatan Demokrasi Daerah (PDD) ke-12. Kegiatan kali ini digelar di Jalan DI Panjaitan, RT 03, Kelurahan Gunung Samarinda, Kecamatan Balikpapan Utara, Sabtu (20/12/2025) malam, dengan mengangkat tema Pasar dan Dunia Usaha.
Kegiatan tersebut diikuti puluhan warga yang tampak antusias sejak awal hingga akhir acara. Selain masyarakat setempat, hadir pula tokoh masyarakat dan Ketua RT 03 Budiono yang turut memberikan dukungan terhadap pelaksanaan PDD sebagai sarana edukasi politik dan ekonomi bagi warga.
Diskusi berlangsung interaktif dengan menghadirkan dua narasumber, yakni Kepala Sub Bidang Politik Dalam Negeri Badan Kesbangpol Kota Balikpapan, Muhammad Bayu Septian, serta Joko Prasetyo. Jalannya dialog dipandu oleh moderator Sidik Nur Alam yang aktif mengajak peserta berdiskusi dan menyampaikan pandangan.
Dalam pemaparannya, Sigit Wibowo menekankan pentingnya pemahaman masyarakat mengenai konsep pasar dan dunia usaha sebagai bagian dari penguatan demokrasi ekonomi. Menurutnya, demokrasi tidak hanya berkaitan dengan politik dan pemilu, tetapi juga menyentuh aspek kesejahteraan dan kemandirian ekonomi masyarakat.
“Pasar dan dunia usaha memiliki karakter yang berbeda, tetapi tidak bisa dipisahkan. Keduanya saling berkaitan dan memengaruhi satu sama lain,” ujar Sigit di hadapan peserta.
Ia menjelaskan secara teoritis, pasar terbagi ke dalam beberapa jenis. Pertama, pasar persaingan sempurna, yaitu pasar yang memiliki banyak penjual dan pembeli dengan produk yang relatif sama, seperti perdagangan beras. Dalam pasar ini, harga terbentuk secara alami melalui mekanisme permintaan dan penawaran.

Kedua, pasar monopoli, yakni pasar yang dikuasai oleh satu atau segelintir pelaku usaha. Contoh yang sering dijumpai adalah sektor kelistrikan. Pada pasar jenis ini, pelaku usaha memiliki kendali besar terhadap harga dan pasokan.
“Selanjutnya ada pasar oligopoli, di mana hanya terdapat beberapa penjual yang menguasai pasar, misalnya pada industri tertentu seperti perkayuan atau semen,” jelasnya.
Jenis keempat adalah pasar persaingan monopolistik, yaitu pasar dengan banyak penjual, namun produk yang ditawarkan memiliki perbedaan, baik dari sisi merek, kualitas, maupun kemasan. Contohnya adalah industri makanan dan minuman ringan.
Selain jenis pasar, Sigit juga menguraikan perkembangan bentuk pasar yang kini semakin beragam. Pasar tidak lagi hanya berupa pasar tradisional, tetapi juga berkembang menjadi pasar modern dan pasar virtual atau digital.
“Pasar secara sederhana adalah tempat terjadinya transaksi jual beli barang atau jasa. Namun dalam perkembangannya, pasar kini tidak lagi dibatasi oleh ruang dan waktu,” katanya.
Menurut Sigit, dinamika pasar dipengaruhi oleh berbagai faktor, mulai dari perubahan permintaan dan penawaran, fluktuasi harga, perkembangan teknologi, kebijakan pemerintah, hingga kondisi sosial dan budaya masyarakat. Oleh karena itu, pelaku usaha dituntut untuk terus beradaptasi agar mampu bertahan.
Tak hanya membahas pasar, Sigit juga menyoroti dunia usaha sebagai bagian penting dari sistem ekonomi. Dunia usaha mencakup aktivitas produksi, distribusi, dan pertukaran barang serta jasa dengan tujuan memperoleh keuntungan, sekaligus membuka lapangan kerja bagi masyarakat.
Namun demikian, dunia usaha juga dihadapkan pada berbagai tantangan. “Persaingan usaha yang semakin ketat, perubahan teknologi yang cepat, fluktuasi ekonomi, serta pergeseran preferensi konsumen menjadi tantangan utama yang harus dihadapi pelaku usaha saat ini,” ujarnya.
Ia menegaskan, dunia usaha sangat bergantung pada pasar. Karena itu, pelaku usaha harus memahami karakter konsumen, menentukan harga yang kompetitif, memilih lokasi atau kanal distribusi yang tepat, serta menyusun strategi pemasaran yang efektif.
Meski penuh tantangan, Sigit menilai dunia usaha juga menyimpan peluang besar, terutama di tengah pertumbuhan ekonomi dan perkembangan teknologi. Terbukanya pasar baru, meningkatnya daya beli masyarakat, serta kebutuhan terhadap produk dan jasa berkelanjutan menjadi peluang yang dapat dimanfaatkan.
Di akhir kegiatan, Sigit mendorong masyarakat untuk tidak ragu terjun ke dunia usaha, khususnya di sektor hilirisasi. Menurutnya, Indonesia masih memiliki potensi besar dalam mengolah produk mentah menjadi produk bernilai tambah.
“Ikan salah satunya. Banyak ikan dari Indonesia diekspor ke luar negeri, seperti ke Jepang, diolah di sana, lalu produk jadinya justru dijual kembali ke Tanah Air dengan harga lebih tinggi,” paparnya.
Ia berharap melalui pemahaman pasar dan dunia usaha, masyarakat dapat meningkatkan kemandirian ekonomi sekaligus memperkuat demokrasi daerah. “Siapa yang mampu membaca dinamika pasar dan cepat beradaptasi dengan perubahan, peluang suksesnya akan jauh lebih besar,” pungkas Sigit. (Adv/Shin)
![]()



