Faktanusa.com, Sangatta – Pengembangan ekonomi kreatif di daerah kerap menunjukkan dinamika yang berbeda dibandingkan dengan tren nasional. Di Kutai Timur, kekuatan sektor-sektor konvensional justru menjadi fondasi utama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi kreatif yang berkelanjutan. Alih-alih mengejar popularitas tren digital, pemerintah dan pelaku usaha memilih fokus pada penguatan wirausaha lokal di bidang kuliner, industri kecil, dan kerajinan tangan.

Pendekatan ini dinilai lebih sesuai dengan karakteristik masyarakat setempat, sekaligus menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berakar kuat pada potensi lokal. Sektor kuliner, industri rumah tangga, dan kerajinan telah lama menjadi penggerak ekonomi komunitas karena mampu menyerap tenaga kerja, menggerakkan perputaran uang lokal, serta menghadirkan nilai tambah yang langsung dirasakan masyarakat.

Anggota DPRD Kutai Timur, Yusri Yusuf, menjelaskan situasi tersebut berdasarkan pengamatannya di lapangan. “Kalau ekonomi kreatif kita masih konvensional, pengembangan wirausaha untuk mereka berdaya, baik itu makanan, industri kecil-kecil, dan kreativitas mereka,” ujarnya saat ditemui di sela kegiatan pelatihan UMKM. Rabu (26/11/2025).

Pernyataan itu menegaskan bahwa strategi pengembangan ekonomi kreatif saat ini berorientasi pada pemberdayaan. Kunci utamanya adalah menciptakan pelaku usaha yang “berdaya” dan mandiri secara ekonomi. Sektor konvensional seperti makanan olahan dan kerajinan lokal memiliki pasar nyata yang sudah terbentuk, sehingga risiko usaha pun lebih terukur dibandingkan subsektor digital yang belum begitu populer di tingkat kabupaten.

Pemerintah daerah, melalui berbagai programnya, berperan sebagai fasilitator dalam memperkuat fondasi usaha-usaha tersebut. Pelatihan UMKM diarahkan untuk menjawab kebutuhan konkret pelaku usaha, mulai dari manajemen keuangan sederhana, pengemasan produk, standar kualitas, hingga teknik pemasaran dasar. Pendampingan intensif ini menjadi modal penting agar UMKM mampu bertahan dan berkembang secara mandiri.

Ke depan, peluang integrasi dengan ekonomi digital tetap terbuka. Namun, pendekatannya dilakukan secara bertahap. Teknologi digital tidak diposisikan sebagai pengganti model usaha konvensional, melainkan sebagai alat bantu yang memperkuat pemasaran dan memperluas jangkauan pasar. Pemanfaatan media sosial, platform marketplace, hingga promosi visual sederhana dapat menjadi langkah awal memperkenalkan produk lokal ke pasar yang lebih luas.

Dengan strategi yang kontekstual ini, Kutai Timur sebenarnya sedang membangun ekosistem ekonomi kreatif yang lebih siap tumbuh. Penguatan sektor konvensional bukanlah indikasi ketertinggalan, melainkan tahap strategis untuk membangun kapasitas dan kepercayaan diri pelaku usaha lokal. Setelah fondasi usaha kokoh, adopsi digital akan lebih mudah dilakukan dan mampu menghasilkan lompatan pembangunan yang lebih berkelanjutan.

Pendekatan ini diharapkan mampu menciptakan transformasi ekonomi kreatif yang tidak hanya kompetitif, tetapi juga tetap menjaga identitas lokal sebagai kekuatan utama daerah. (ADV)

Loading