Faktanusa.com, Sangatta – Pemerintah Kabupaten Kutai Timur (Kutim) terus memperjuangkan agar Festival Adat dan Budaya Lom Plai kembali masuk sebagai bagian dari Karisma Event Nusantara (KEN) tahun 2026 yang digelar oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Republik Indonesia. Langkah ini dilakukan sebagai upaya memperkuat promosi budaya daerah sekaligus meningkatkan daya tarik wisata berbasis kearifan lokal.

Kepala Bidang Pengembangan Ekonomi Kreatif Dinas Pariwisata Kutim, Akhmad Rifanie, mengatakan bahwa festival tersebut saat ini telah melewati tahap administrasi dan dinyatakan lolos untuk melanjutkan proses kurasi berikutnya.

“Saat ini kami telah lolos tahap administrasi. Kami akan melakukan presentasi dan kurasi terkait festival Lom Plai ke Kementerian secara langsung pada 14 November mendatang,” ujar Rifanie di Sangatta, Selasa (11/11/2025).

Rifanie menjelaskan bahwa Festival Lom Plai berhasil berdiri sejajar dengan empat event besar lainnya yang masuk babak akhir seleksi KEN 2026 mewakili Provinsi Kalimantan Timur. Event tersebut di antaranya Borneo Culture Week 7.0, Erau Adat Kutai, dan Balikpapan Fest.

“Masuk dalam seleksi akhir bersama empat event besar lain menunjukkan bahwa Lom Plai memiliki nilai budaya dan potensi yang sangat diperhitungkan secara nasional,” tambahnya.

Menurut Rifanie, salah satu syarat mutlak agar suatu agenda budaya diterima dalam kurasi KEN adalah konsistensi pelaksanaan, keberlanjutan program, serta kontribusinya terhadap masyarakat melalui peningkatan ekonomi kreatif desa dan pelaku UMKM.

Festival Lom Plai merupakan perayaan budaya masyarakat Dayak Wehea, sebuah suku yang dikenal menjaga tradisi leluhur dan hubungan harmonis dengan alam. Perayaan tersebut berisi serangkaian prosesi adat, ritual pembukaan ladang, upacara syukur panen, atraksi kesenian, penampilan tari sakral, serta pameran kerajinan tangan khas masyarakat setempat.

“Lom Plai memiliki ciri khas tersendiri karena mengangkat adat dan budaya masyarakat Dayak Wehea, salah satu suku yang menjaga warisan leluhur dan harmoni dengan alam,” jelas Rifanie.

Menurutnya, festival tersebut bukan hanya sebagai acara seni budaya, tetapi juga menjadi ruang pelestarian jati diri daerah dan sarana edukasi bagi generasi muda mengenai nilai tradisi.

Rifanie menyampaikan bahwa Kutim optimistis dapat kembali membawa Lom Plai masuk agenda nasional setelah sempat masuk dalam daftar KEN pada tahun 2023 dan 2024. Namun, pada 2025 festival ini sempat tidak tercantum dalam kalender resmi Kementerian.

Meski demikian, antusiasme masyarakat dan wisatawan disebut tetap meningkat. Bahkan, jumlah kunjungan wisatawan setiap pelaksanaan festival dilaporkan tidak pernah mengalami penurunan signifikan, baik dari wisatawan lokal, nasional, maupun mancanegara.

“Kami siap dan optimis festival unggulan di Kutim ini mampu kembali menembus event nasional di 2026 mendatang,” tegasnya.

Tidak hanya berfokus pada pelestarian budaya, Pemkab Kutim menilai festival ini juga memiliki dampak ekonomi yang besar, terutama bagi pelaku UMKM, pengrajin, pekerja seni, dan komunitas lokal.

Keikutsertaan dalam KEN diharapkan dapat membuka peluang lebih besar bagi Kutai Timur dalam menarik investor pariwisata, meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan, hingga memperkuat branding daerah sebagai destinasi budaya Kalimantan Timur.

“Semoga Lom Plai bisa kembali ditunjuk untuk ketiga kalinya. Ini tentu menjadi kebanggaan sekaligus tantangan bagi kami untuk terus meningkatkan kualitas pelaksanaannya,” tutup Rifanie. (Adv/Shin/**)

Loading