Faktanusa.com, Sangatta – Pemerintah Kabupaten Kutai Timur (Kutim) tengah mempersiapkan pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT) berbasis limbah sawit untuk diolah menjadi biogas sebagai sumber energi pembangkit listrik. Upaya ini menjadi salah satu langkah strategis dalam memperluas akses listrik, terutama bagi desa-desa yang masih belum terjangkau layanan kelistrikan.

Kepala Bagian Sumber Daya Alam (SDA) Pemkab Kutim, Arif Nur Wahyuni, mengatakan pihaknya akan memfasilitasi kerja sama antara PLN dengan perusahaan-perusahaan sawit dalam pengolahan limbah cair sawit menjadi biogas.

“Kami akan memfasilitasi skema kerja sama antara PLN dan perusahaan sawit untuk memanfaatkan limbah cair sawit yang diubah menjadi biogas,” ujarnya. Kamis (20/11/2025)

Ia menjelaskan bahwa pemanfaatan biogas dari limbah sawit menjadi solusi alternatif untuk memenuhi kebutuhan listrik desa. Dari total 141 desa di Kutim, masih terdapat 22 desa yang belum tersentuh layanan listrik, sehingga inovasi energi terbarukan menjadi langkah yang sangat relevan.

Wahyuni menuturkan bahwa Kutai Timur memiliki area perkebunan kelapa sawit yang sangat luas, yang secara otomatis menghasilkan limbah dalam jumlah besar. Jika limbah cair tersebut tidak dikelola, dampaknya dapat mencemari lingkungan dan berpotensi melepaskan gas metana ke atmosfer.

“Jika limbah sawit tidak dikelola dengan baik, dampaknya besar terhadap atmosfer. Sementara Pemerintah Pusat membatasi energi fosil. Maka, masa depan adalah energi hijau, salah satunya biogas sawit,” terangnya.

Limbah cair sawit memiliki potensi energi tersembunyi yang dapat dimanfaatkan. Dengan teknologi biodigester, gas metana yang dilepaskan dapat ditangkap dan diolah menjadi bahan bakar pembangkit listrik, sekaligus mendukung target transisi energi nasional.

Menurut Arif, penggunaan biogas tidak hanya memberikan manfaat lingkungan, tetapi juga membawa efisiensi ekonomi yang signifikan. Namun, ia tidak menampik bahwa penerapan energi terbarukan ini memiliki tantangan tersendiri, baik dari aspek investasi maupun kesiapan sumber daya manusia.

Sementara itu, Manager Biogas dan Power Plant PT Prima Multi Mineral (PMM) Sangkulirang, Joko Pratomo, memaparkan berbagai kendala teknis dan infrastruktur dalam pemanfaatan biogas sawit di Kutim.

“Tidak semua pabrik memiliki akses teknologi pengolahan biogas yang baik. Investasi yang besar serta keterbatasan sumber daya manusia jadi masalah utama,” jelasnya.

Ia juga menyoroti tantangan dalam proses konversi energi biogas menjadi tenaga listrik. Menurutnya, persoalan terbesar adalah proses distribusi energi.

“Kalau energi dari biogas ingin dijual ke PLN, perlu jaringan listrik yang terhubung serta regulasi tarif yang mendukung. Sementara tidak semua pabrik di Kutim dekat dengan jaringan listrik nasional,” tambahnya.

Pemerintah berharap, melalui kolaborasi strategis dan dukungan lintas sektor, pemanfaatan biogas sawit dapat menjadi energi alternatif yang berkelanjutan sekaligus mempercepat elektrifikasi desa di Kutai Timur. (Adv/Shin/**)

Loading