Faktanusa.com, Balikpapan, 4 Oktober 2025 — Kota Balikpapan mencatat deflasi sebesar 0,06% (month-to-month/mtm) pada September 2025, sedangkan Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) mengalami inflasi sebesar 0,07% (mtm). Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan, Robi Ariadi, yang juga menjabat sebagai Deputi Direktur.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi tahun kalender (Januari–September 2025) Kota Balikpapan tercatat 1,34% (year-to-date/ytd), sementara secara tahunan (year-on-year/yoy) inflasi berada di angka 1,15%, lebih rendah dibandingkan inflasi nasional yang mencapai 2,65% (yoy) serta rata-rata empat kota di Kalimantan Timur sebesar 1,77% (yoy).

“Realisasi inflasi di Balikpapan masih lebih rendah dari batas bawah rentang sasaran inflasi nasional 2025, yakni 2,5% ± 1%. Ini menunjukkan stabilitas harga di Balikpapan relatif terjaga,” ujar Robi Ariadi kepada wartawan, Sabtu (4/10/2025).

Penyumbang Deflasi Balikpapan

Deflasi di Balikpapan utamanya disumbang oleh kelompok Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan Bakar Rumah Tangga, dengan andil deflasi sebesar 0,16% (mtm).

Lima komoditas utama penyumbang deflasi yaitu:

  1. Bahan Bakar Rumah Tangga (BBRT)
  2. Bawang Merah
  3. Tomat
  4. Cabai Rawit
  5. Kangkung

Penurunan harga tersebut disebabkan oleh kelancaran distribusi dan peningkatan produksi dari daerah sentra, seperti Sulawesi dan Jawa. “Penurunan BBRT terjadi karena turunnya biaya operasional distribusi, sementara hasil panen yang melimpah turut menekan harga hortikultura,” jelas Robi.

Di sisi lain, kelompok Transportasi menjadi penyumbang inflasi terbesar di Balikpapan dengan andil 0,14% (mtm). Lima komoditas penyumbang inflasi tertinggi meliputi angkutan udara, daging ayam ras, emas perhiasan, air kemasan, dan biskuit.

Inflasi di Kabupaten Penajam Paser Utara

Sementara itu, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) mencatat inflasi 0,07% (mtm), dengan inflasi tahun kalender 2,00% (ytd) dan inflasi tahunan 2,83% (yoy). Angka ini sedikit lebih tinggi dari inflasi nasional (2,65% yoy), namun masih dalam rentang sasaran nasional 2,5% ± 1%.

Inflasi di PPU disebabkan oleh kenaikan harga pada kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau. Komoditas penyumbang inflasi terbesar antara lain daging ayam ras, ikan tongkol, ikan layang, ikan bandeng, dan beras.

Kenaikan harga disebabkan oleh tingginya permintaan selama Maulid Nabi serta terbatasnya pasokan akibat kondisi gelombang laut tinggi dan penundaan penebaran benih budidaya.

Sementara itu, komoditas yang mengalami deflasi di PPU antara lain bawang merah, cabai rawit, semangka, terong, dan kangkung, didorong oleh peningkatan pasokan dari hasil panen lokal serta produksi di wilayah Kalimantan Timur yang meningkat.

Optimisme Konsumen Masih Terjaga

Robi Ariadi menambahkan, hasil Survei Konsumen Bank Indonesia Balikpapan menunjukkan bahwa tingkat keyakinan masyarakat terhadap kondisi ekonomi masih berada di level optimis, dengan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) sebesar 118,3.

“Meski sedikit menurun dibanding bulan sebelumnya yang mencapai 129,8, optimisme konsumen tetap kuat. Ini menunjukkan daya beli masyarakat masih terjaga,” ujarnya.

Langkah Pengendalian Inflasi

Bank Indonesia bersama Pemerintah Daerah melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Balikpapan, PPU, dan Paser akan terus memperkuat sinergi untuk menjaga kestabilan harga. Langkah yang dilakukan meliputi:

Pemantauan harga bahan pokok dan sidak pasar secara berkala.

Mitigasi risiko kenaikan harga melalui high level meeting TPID.

Penguatan kerja sama antar daerah (KAD) dan efektivitas kios penyeimbang.

Gelar pangan murah dan operasi pasar.

Gerakan pemanfaatan lahan pekarangan untuk hortikultura.

“Ke depan, BI akan terus bersinergi dengan berbagai pihak melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) agar inflasi daerah tetap berada dalam sasaran nasional 2025,” tutup Robi Ariadi. (**)

Loading

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *