Faktanusa.com, Sangatta – Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Kabupaten Kutai Timur (Kutim) terus memperkuat program literasi digital untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menggunakan media sosial secara bijak sekaligus menangkal derasnya arus informasi palsu yang beredar di ruang digital.

Kepala Dinas Kominfo Kutim, Ronny Bonar, mengatakan peningkatan literasi digital harus dimulai sejak dini. Namun ia mengakui bahwa kewenangan Kominfo memiliki batasan sehingga kolaborasi lintas sektor diperlukan agar edukasi dapat menjangkau masyarakat lebih luas.

“Peran kami tidak bisa berdiri sendiri. Harus ada kolaborasi dengan UMKM, koperasi, hingga organisasi masyarakat yang memang dekat dengan warga,” ujarnya. Selasa (18/11/2025)

Ronny berharap ke depan tersedia sistem kolaborasi yang lebih matang sehingga program pusat tidak berjalan sendiri-sendiri, melainkan selaras dengan kebutuhan dan kondisi riil di Kutim. “Kita butuh sinergi agar semua pihak bergerak bersama,” tambahnya.

Selain fokus pada literasi digital bagi masyarakat umum, Kominfo Kutim juga menaruh perhatian besar pada peningkatan kapasitas media lokal. Menurut Ronny, kompetensi wartawan sangat penting untuk menghasilkan pemberitaan yang berkualitas dan mencegah penyebaran informasi yang menyesatkan.

“Salah satunya lewat Uji Kompetensi Wartawan (UKW). Itu bentuk komitmen kami. Pers yang sehat akan berkontribusi besar dalam melawan hoaks,” katanya.

Terkait maraknya hoaks yang beredar di media sosial, Ronny menegaskan Kominfo Kutim memiliki strategi khusus dengan menjadikan literasi digital sebagai benteng utama. Edukasi tidak hanya dilakukan melalui pertemuan tatap muka, tetapi juga melalui kanal digital resmi Kominfo seperti Instagram, Facebook, dan video conference.

“Strategi kami untuk menangkal hoaks, kami menyasar atau mengajak para siswa-siswi,” jelasnya.

Ia menyadari bahwa derasnya arus informasi sulit dibendung. Hoaks bisa menyebar lebih cepat daripada klarifikasi. Karena itu, menurutnya, masyarakat harus dibekali kemampuan berpikir kritis agar tidak mudah terpengaruh kabar tidak benar.

“Kalau masyarakat punya pengetahuan, mereka tidak mudah terpengaruh. Kalau terbiasa cek dan ricek, hoaks tidak akan laku,” ujarnya.

Kominfo Kutim juga secara rutin menyisipkan materi anti-hoaks dalam setiap kegiatan seperti pelatihan, seminar, dan bimbingan teknis bersama wartawan, pelajar maupun para pemangku kepentingan di daerah.

Ronny mengingatkan peran keluarga sangat penting dalam ekosistem literasi digital. Orang tua harus mendampingi anak-anak saat menggunakan gadget dan media sosial. Tanpa pengawasan, anak-anak rentan terpapar informasi palsu.

“Kalau orang tua cuek, anak bisa mudah terjebak informasi palsu. Jadi keluarga adalah benteng pertama,” pesannya.

Dengan rangkaian program tersebut, Ronny optimistis Kutai Timur dapat menjadi daerah yang lebih tangguh dalam menghadapi gempuran informasi palsu. Menurutnya, literasi digital adalah kebutuhan mendasar sekaligus investasi jangka panjang agar masyarakat mampu bertahan dan bersaing di era digital.

“Literasi digital adalah investasi jangka panjang bagi generasi kita,” tutupnya. (Adv/Shin/**)

Loading