Faktanusa.com, Balikpapan – Kenaikan harga jual properti residensial baru di Kota Balikpapan pada triwulan III-2025 tercatat melambat. Berdasarkan Survei Harga Properti Residensial (SHPR) Bank Indonesia, Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) di pasar primer hanya tumbuh 0,67 persen (yoy), lebih rendah dibanding triwulan II-2025 yang naik 0,81 persen (yoy).

Bank Indonesia Balikpapan menjelaskan, perlambatan tersebut utamanya disebabkan oleh tertahannya kenaikan harga pada seluruh tipe rumah. Harga rumah tipe besar (>70 m²), tipe menengah (36–70 m²), dan tipe kecil (≤36 m²) masing-masing tumbuh 1,66 persen, 0,29 persen, dan 0,23 persen (yoy). Seluruhnya berada di bawah pertumbuhan triwulan sebelumnya yang masing-masing mencapai 1,84 persen, 0,42 persen, dan 0,38 persen (yoy).

Di sisi lain, nilai penjualan properti pada triwulan III-2025 terkontraksi cukup dalam, yakni turun 44,98 persen (yoy). Penurunan penjualan dikaitkan dengan meredanya efek pembangunan proyek strategis nasional, seperti kilang Pertamina dan Ibu Kota Nusantara (IKN), sehingga permintaan kembali ke pola normal. Menghadapi kondisi tersebut, para pengembang memilih memaksimalkan pendapatan dengan memprioritaskan penjualan rumah tipe menengah dan kecil yang dinilai lebih terjangkau bagi konsumen.

Meski penjualan melemah, optimisme terhadap sektor properti masih terjaga. Hal itu tercermin dari membaiknya kinerja kredit properti. Pada triwulan III-2025, kredit properti Balikpapan tercatat Rp1,17 triliun, terkontraksi 3,46 persen (yoy), namun membaik dibanding triwulan II-2025 yang terkontraksi 8,38 persen.

Rumah tipe kecil tetap menjadi favorit masyarakat Balikpapan. Penjualan unit tipe tersebut mendominasi transaksi residensial karena harganya lebih terjangkau, ditambah dukungan pembiayaan pemerintah bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) melalui skema Kredit Program Perumahan (KPP), KUR Perumahan, serta FLPP.

Konsumen di Balikpapan masih sangat bergantung pada pembiayaan perbankan. Pada triwulan III-2025, 86 persen pembelian rumah primer dilakukan melalui Kredit Pemilikan Rumah (KPR), sedikit turun dari 89 persen pada triwulan sebelumnya. Pembelian tunai meningkat menjadi 12 persen, sedangkan 2 persen lainnya melalui pembayaran bertahap. Penurunan porsi KPR sejalan dengan melambatnya pertumbuhan KPR yang hanya tumbuh 5,02 persen (yoy), dibanding 5,26 persen pada triwulan sebelumnya.

Bank Indonesia menegaskan akan terus memperkuat implementasi Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) untuk mendorong penyaluran kredit, khususnya pada sektor-sektor prioritas seperti perumahan, UMKM, perdagangan, pertanian, transportasi, hingga ekonomi hijau. Kebijakan ini diarahkan agar selaras dengan program Asta Cita Pemerintah dan dapat berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi serta penciptaan lapangan kerja. (Adv/Shin/**)


Balikpapan, 14 November 2025
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan
Robi Ariadi, Deputi Direktur

Loading