DPRD Kutim Soroti Dampak Sektor Tambang Batu Bara Terhadap Satwa Liar dan Lingkungan

Loading

Kutai Timur – Pertumbuhan sektor pertambangan batu bara di Kabupaten Kutai Timur (Kutim) memang memberikan dampak ekonomi yang signifikan, namun juga menimbulkan masalah lingkungan yang semakin serius. Salah satunya adalah hilangnya habitat satwa liar yang terancam karena konversi lahan menjadi area tambang.

Anggota DPRD Kutim, Joni, mengungkapkan keprihatinannya terhadap situasi ini. Ia menyatakan bahwa meluasnya wilayah pertambangan membuat banyak satwa liar kehilangan tempat tinggal. Akibatnya, satwa-satwa tersebut terpaksa turun ke jalan untuk mencari makanan yang diberikan oleh warga yang melintas.

Joni menjelaskan bahwa kondisi ini dapat membahayakan kelangsungan hidup satwa-satwa tersebut, karena semakin terbatasnya hutan yang menjadi habitat alami mereka.

“Seharusnya dinas terkait lebih memperhatikan hal ini. Lama kelamaan, hutan semakin berkurang, dan mereka akan kesulitan mendapatkan makanan. Satwa-satwa ini terpaksa turun ke jalan untuk bertahan hidup,” ujar Joni saat ditemui di ruang kerjanya, Selasa (6/11/2024).

Joni juga menekankan bahwa perusahaan tambang harus menjalankan kewajiban reklamasi pascatambang secara maksimal, yakni 100 persen, agar lahan yang rusak dapat diperbaiki dan mendukung kelangsungan ekosistem setempat.

Ia berharap perusahaan yang beroperasi di Kutim tidak hanya mengejar keuntungan, tetapi juga memperhatikan tanggung jawab mereka terhadap lingkungan.

Meskipun ada peraturan yang melarang pemberian makanan kepada satwa liar di jalan, beberapa warga merasa kasihan dengan satwa yang kelaparan dan terpaksa mencari makanan di sekitar pemukiman manusia.

“Mau bagaimana lagi, hutan mereka semakin sempit. Terpaksa mereka turun ke jalan karena lapar. Memang ada aturan yang melarang memberi makan, tapi kalau tidak diberi makan, kasihan juga,” ungkapnya .

Joni mengusulkan agar dinas terkait segera mengambil tindakan untuk memindahkan satwa liar ini ke kawasan hutan yang masih lebat dan aman sebagai tempat tinggal mereka. Ia menekankan pentingnya intervensi pemerintah agar satwa-satwa ini tidak bergantung pada makanan dari manusia.

Selanjutnya, Joni juga menyarankan agar dinas kabupaten maupun provinsi segera bekerja sama dengan perusahaan tambang untuk menemukan solusi yang seimbang antara kepentingan ekonomi dan perlindungan satwa liar.

Komunikasi yang baik dengan perusahaan tambang, menurutnya, bisa membantu menciptakan lingkungan yang lebih ramah bagi satwa liar sekaligus menjaga keberlanjutan operasional tambang itu sendiri.

“Pastinya karena perusahaan itu, dinas terkait harus berkomunikasi dengan perusahaan. Kasihan juga satwa-satwa liar, hutan mereka semakin sempit. Kalau hutannya masih luas, mereka bisa mencari makan, tetapi sekarang sudah menipis,” jelas Joni.ADV

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top