Faktanusa.com, Sangatta – Pengembangan Ekonomi Kreatif (Ekraf) di Kabupaten Kutai Timur terus berjalan dengan komitmen untuk memberdayakan pelaku usaha lokal, meski dinilai masih terfokus pada pendekatan konvensional. Anggota Komisi B DPRD Kutai Timur, Yusri Yusuf, menyoroti bahwa perkembangan sektor ini masih berada pada pola yang sama dari tahun ke tahun dan belum menunjukkan lompatan inovasi yang signifikan. Kendati demikian, ia menilai bahwa fondasi yang kuat di tingkat dasar tetap penting sebagai pijakan sebelum bertransformasi ke arah yang lebih modern.

Dalam penjelasannya, Yusri memulai dengan frasa singkat yang menggambarkan situasi Ekraf Kutim saat ini.
“Ya seperti biasa,” ujarnya. Minggu (23/11/2025)

Pernyataan tersebut menggambarkan kondisi yang stagnan, namun sekaligus menekankan konsistensi dalam pelaksanaan program yang tetap berjalan. Bagi Yusri, konsistensi ini dapat menjadi landasan kuat untuk kemudian membangun strategi pengembangan yang lebih progresif di masa depan.

Namun, ia tidak menutupi kenyataan bahwa sektor ekonomi kreatif di Kutim masih terjebak dalam pola lama yang tidak banyak mengalami pembaruan.
“Ya, untuk Ekraf kita masih konvensional,” tegasnya.

Istilah “konvensional” ini merujuk pada pendekatan yang masih menitikberatkan pada penguatan sektor-sektor dasar dan kegiatan ekonomi kreatif skala kecil. Fokus ini dinilai penting karena bertujuan menciptakan kemandirian pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah, yang sebagian besar menjadi tulang punggung ekonomi masyarakat Kutai Timur.

Untuk memperjelas maksudnya, Yusri memaparkan bentuk pengembangan Ekraf yang selama ini dijalankan pemerintah daerah melalui dinas teknis.
“Pengembangan wira usaha untuk mereka berdikari lah,” ujarnya. “Baik itu makanan, industri kecil-kecil, maupun kreativitas mereka untuk pengembangannya.”

Penekanan pada pengembangan wirausaha ini menunjukkan perhatian besar terhadap pelaku UMKM, industri rumahan, dan produk kreatif lokal. Program-program tersebut dinilai mampu memberikan manfaat langsung bagi masyarakat, karena berkaitan erat dengan kebutuhan ekonomi sehari-hari serta memanfaatkan potensi lokal yang sudah dikenal dan mudah dikembangkan.

Meski pendekatan ini dinilai relevan dan bermanfaat, Yusri menilai bahwa tanpa inovasi atau pembaruan strategi, Ekraf Kutim akan sulit bergerak menuju daya saing yang lebih kuat. Menurutnya, penguatan sektor dasar harus dibarengi dengan langkah-langkah adaptif yang memungkinkan pelaku kreatif berkembang mengikuti tren baru, terutama di bidang ekonomi kreatif digital.

Dalam kesempatan yang sama, Yusri mempertegas kembali bahwa pola yang dijalankan selama ini belum banyak bergerak dari zona lamanya.
“Masih konvensional,” ujarnya menutup pernyataan.

Penegasan ulang ini menjadi sinyal bahwa DPRD Kutim melihat perlunya transformasi bertahap yang tidak hanya memperkuat basis UMKM tetapi juga menyiapkan pelaku kreatif untuk masuk ke sektor-sektor modern, seperti digital content, desain, video kreatif, hingga pemasaran berbasis media sosial yang kini menjadi arus utama industri kreatif nasional.

Namun demikian, Yusri menilai perubahan tidak bisa dilakukan secara drastis. Transformasi Ekraf Kutim harus berjalan organik, bertahap, dan disesuaikan dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Mengingat pelaku usaha lokal banyak yang masih berada pada level dasar, penguatan fondasi konvensional tetap harus dilakukan secara konsisten sebelum memperkenalkan inovasi.

Dengan keseimbangan antara pembinaan sektor tradisional dan penyiapan ruang inovasi, Ekraf Kutim diharapkan dapat mengarah pada perkembangan yang lebih progresif. Pendekatan ini dinilai penting untuk menghadapi dinamika persaingan ekonomi kreatif yang semakin ketat, sekaligus memastikan bahwa masyarakat Kutai Timur tidak hanya menjadi penonton, tetapi juga bagian aktif dari pertumbuhan ekonomi kreatif yang berkelanjutan. (ADV)

Loading