Faktanusa.com, Sangatta – Pemerintah Kabupaten Kutai Timur (Kutim) terus menunjukkan komitmennya dalam mengembangkan sektor peternakan, khususnya peternakan non-ruminansia seperti babi. Penguatan sektor ini dinilai mampu membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat serta memperkuat ketahanan pangan lokal.

Upaya tersebut dijalankan melalui Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Peternakan (DTPHP) Kutim, yang dalam tahun anggaran 2024 telah mengalokasikan dana sebesar Rp2 miliar untuk mendukung program pengembangan peternakan babi.

Dari total anggaran itu, sekitar Rp1 miliar dialokasikan khusus untuk pengadaan bibit babi yang disalurkan kepada kelompok ternak di empat kecamatan, yaitu Teluk Pandan, Rantau Pulung, Kaliorang, dan Busang. Keempat wilayah tersebut dinilai memiliki potensi besar untuk pengembangan usaha peternakan babi karena dukungan lingkungan, ketersediaan pakan, serta minat masyarakat.

Plt Kepala Bidang Peternakan DTPHP Kutim, Sudarman, menjelaskan bahwa penyaluran bantuan bibit dilakukan secara bertahap menyesuaikan kesiapan masing-masing kelompok penerima. Ia menegaskan bahwa proses distribusi dilakukan dengan selektif melalui mekanisme usulan resmi dan verifikasi lapangan.

“Untuk tahap awal ini, bibit yang disalurkan masih berjumlah ratusan ekor dengan bobot rata-rata 12 hingga 15 kilogram per ekor. Jumlahnya belum ribuan karena kami ingin memastikan kesiapan kandang dan manajemen kelompok sebelum meningkatkan skala bantuan,” ujar Sudarman saat ditemui di kantornya. Jum’at (21/11/2025)

Menurutnya, program pengembangan peternakan babi bukanlah hal baru di Kutim. Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah daerah terus mendorong peningkatan populasi ternak non-ruminansia untuk menciptakan diversifikasi usaha peternakan yang mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

“Bantuan bibit ini diharapkan bukan hanya menambah populasi ternak, tetapi juga menciptakan usaha berkelanjutan bagi penerima. Dengan pengelolaan yang baik, populasi babi akan berkembang biak dan memberikan keuntungan ekonomi dalam waktu relatif cepat,” jelasnya.

Selain distribusi bibit, DTPHP Kutim juga memberikan pendampingan teknis berupa pelatihan manajemen kandang, teknik pemberian pakan, hingga strategi pencegahan penyakit. Pendampingan tersebut dilakukan agar penerima bantuan dapat memahami standar pemeliharaan ternak modern dan meningkatkan daya saing usaha mereka.

Sudarman menegaskan, keberhasilan program sangat bergantung pada keseriusan kelompok peternak dalam merawat bantuan yang diberikan. Ia berharap para penerima mampu memanfaatkan kesempatan tersebut untuk meningkatkan perekonomian keluarga dan membuka peluang kerja bagi masyarakat sekitar.

“Kami ingin memastikan bibit yang diberikan berkembang optimal. Jika hasilnya baik, manfaatnya tidak hanya dirasakan oleh individu penerima, tetapi juga mampu menggerakkan perekonomian lokal secara lebih luas,” tegasnya.

DTPHP menilai sektor peternakan memiliki potensi besar sebagai penopang ekonomi masyarakat pedesaan. Dengan dukungan pemerintah melalui permodalan, teknologi, dan pendampingan berkelanjutan, peternak diharapkan mampu mengembangkan usaha hingga mencapai skala lebih besar.

Program pengembangan peternakan babi ini juga disambut antusias oleh kelompok peternak karena dianggap mampu memberikan nilai ekonomi tinggi dalam waktu yang lebih cepat dibandingkan beberapa komoditas peternakan lainnya.

“Dengan pembinaan dan pembiayaan yang tepat, kami yakin usaha ini bisa berkembang pesat. Ke depan, Kutim diharapkan dapat menjadi salah satu sentra ternak babi di Kalimantan Timur,” pungkas Sudarman.

Dengan konsistensi program, Pemkab Kutim menegaskan komitmennya untuk menjadikan sektor peternakan sebagai salah satu tulang punggung ekonomi masyarakat, sekaligus memperkuat ketahanan pangan dan kemandirian daerah. (Adv./Shin/**)

Loading