Faktanusa.com, Sangatta – Industri amplang sebagai salah satu kuliner khas Kabupaten Kutai Timur menunjukkan tanda-tanda kebangkitan setelah melewati periode berat selama pandemi COVID-19. Anggota Komisi B DPRD Kutim, Yusri Yusuf, menilai bahwa sektor ini memiliki peluang besar untuk kembali berkembang, khususnya dengan keberadaan kelompok produsen yang hingga kini masih bertahan serta kelompok lain yang berada dalam kondisi “mati suri”.

“Ya, sebenarnya amplang itu sudah pernah ada dan masih ada, tapi ada beberapa kelompok yang sudah mati suri,” kata Yusri Yusuf di Sangatta. Senin (17/11/2025)

Menurutnya, istilah “mati suri” menggambarkan bahwa para pelaku usaha sebenarnya tidak hilang, melainkan tengah terhenti sementara akibat tekanan ekonomi. Keahlian, pengalaman, dan jaringan produksi masih tersimpan dalam komunitas, sehingga yang dibutuhkan bukan pembangunan usaha baru, tetapi penguatan kembali fondasi yang pernah ada. Hal ini menjadi modal penting untuk menghidupkan kembali industri amplang yang telah lama menjadi identitas kuliner daerah.

Yusri mengungkapkan bahwa sebelum pandemi, UMKM amplang sempat menunjukkan perkembangan signifikan dan menjadi sektor yang menjanjikan. Namun, gelombang pandemi menghantam pelaku usaha kecil dan mikro secara keras, membuat banyak produsen tidak mampu melanjutkan produksi.

“Karena kemarin amplang itu kan sempat berkembang sebelum COVID. Setelah COVID-19, mereka sudah tidak bisa produksi lagi karena mungkin kehabisan modal atau kelemahan ekonomi, akhirnya mereka stagnan,” ujarnya.

Kehabisan modal ini, menurut Yusri, adalah masalah utama yang sebenarnya dapat diatasi melalui dukungan pemerintah daerah, baik dalam bentuk permodalan, fasilitas produksi, maupun pendampingan usaha. Karena pasar amplang sejatinya masih ada, dukungan yang tepat diyakini bisa langsung menggerakkan kembali aktivitas produksi.

Lebih jauh, Yusri menekankan bahwa tantangan pemulihan tidak hanya dirasakan oleh UMKM. Usaha berskala besar pun masih berjuang untuk pulih dan menata kembali pasar mereka.

“Ya, jangan kan usaha kecil, usaha besar saja masih banyak yang masih terseok-seok untuk mengembangkan kembali usaha dia, itu yang jadi permasalahan,” tandasnya.

Pernyataan ini menunjukkan bahwa pemulihan ekonomi adalah persoalan yang melanda semua sektor, sehingga bantuan yang diberikan pemerintah harus bersifat inklusif dan menyasar pelaku usaha dari berbagai skala, termasuk UMKM amplang yang merupakan bagian penting dari ekonomi lokal.

Di tengah kondisi tersebut, strategi pemulihan industri amplang dinilai perlu diarahkan pada revitalisasi usaha yang sudah memiliki akar kuat di masyarakat. Pendekatan ini lebih efisien dan realistis dibandingkan membangun usaha baru dari awal. Dengan menghidupkan kembali kelompok yang sempat terhenti, selain memulihkan mata pencaharian keluarga, langkah ini juga turut melestarikan kuliner khas Kutim yang telah dikenal luas.

Revitalisasi amplang juga dipandang sebagai peluang untuk memperkuat sektor ekonomi kreatif daerah. Dengan dukungan kebijakan yang tepat—mulai dari permodalan hingga pendampingan produksi dan pemasaran—industri amplang diyakini mampu kembali menjadi salah satu tulang punggung UMKM di Kutai Timur.

Upaya ini diharapkan tidak hanya membangkitkan kegiatan ekonomi masyarakat, tetapi juga menjaga keberlanjutan warisan kuliner lokal agar tetap lestari dan mampu bersaing di pasar yang semakin dinamis. (ADV)

Loading