Faktanusa.com, Sangatta — Pemerintah Kabupaten Kutai Timur (Kutim) mencatatkan capaian positif dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi pada sektor non-mineral dan non-batubara sepanjang tahun 2024. Bupati Kutim, Ardiansyah Sulaiman, menyampaikan bahwa perkembangan tersebut menunjukkan perbaikan ekonomi makro yang signifikan di daerah.

“Alhamdulillah selama tahun 2024 ada peningkatan ekonomi secara makro di Kutai Timur,” ujar Ardiansyah di Sangatta, Sabtut (15/11/2025)

Ia menjelaskan, kondisi ekonomi daerah diukur melalui sejumlah indikator utama, antara lain Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), laju pertumbuhan ekonomi, struktur ekonomi, PDRB per kapita, serta pendapatan regional per kapita. Berdasarkan data PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB), perekonomian Kutai Timur masih menunjukkan dinamika antara sektor tambang dan sektor non-tambang.

PDRB ADHB dengan migas pada tahun 2024 tercatat sebesar Rp159,49 triliun, mengalami penurunan 5,21 persen dibandingkan 2023. Sementara itu, PDRB ADHB tanpa migas dan batubara justru mengalami peningkatan signifikan, mencapai Rp51,49 triliun atau naik 14,12 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

“Pertumbuhan ekonomi tanpa sektor migas dan batubara pada tahun 2024 mengalami peningkatan, mencapai 9,59 persen,” jelas Ardiansyah.

Meski terjadi penguatan pada sektor non-tambang, struktur ekonomi Kutim masih didominasi oleh pertambangan dan penggalian. Pada 2024, sektor ini menyumbang 75,53 persen terhadap total PDRB, menunjukkan ketergantungan ekonomi yang cukup besar terhadap eksploitasi sumber daya alam.

Di sisi lain, PDRB per kapita mengalami penurunan dari Rp369,42 juta pada 2023 menjadi Rp344,49 juta pada 2024. Penurunan ini dipengaruhi oleh pelemahan sektor tambang yang selama ini memberikan kontribusi terbesar terhadap total nilai tambah ekonomi daerah.

Ardiansyah menegaskan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan indikator penting dalam menggambarkan kualitas kehidupan masyarakat. Pertumbuhan yang melambat, katanya, dapat berdampak pada stagnasi pembangunan serta berkurangnya daya dorong ekonomi.

“Pertumbuhan ekonomi daerah mencerminkan sejauh mana masyarakat mampu menggerakkan roda perekonomian secara berkelanjutan. Jika pertumbuhan ekonomi mengalami perlambatan, maka dampaknya dapat berupa stagnasi pembangunan,” tuturnya.

Meski begitu, peningkatan pada sektor non-migas dan non-batubara menunjukkan arah pembangunan ekonomi Kutai Timur yang lebih berkelanjutan. Ardiansyah menilai tren positif ini mencerminkan keberhasilan pemerintah daerah dalam mendorong transformasi ekonomi sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui.

Ia menambahkan bahwa Pemkab Kutim akan terus memperkuat sektor-sektor produktif lain seperti pertanian, industri pengolahan, perdagangan, dan jasa agar mampu menjadi penyangga ekonomi daerah di masa mendatang. (Adv/Shin/**)

Loading