
Faktanusa.com, Sangatta — Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Peternakan (DTPHP) Kabupaten Kutai Timur (Kutim) menyiapkan strategi khusus untuk mendorong peningkatan produksi cabai di daerah. Langkah ini diambil menyusul tingginya permintaan cabai yang cenderung melonjak pada periode-periode tertentu setiap tahun.
Kepala Bidang Hortikultura DTPHP Kutim, Wahyudi Noor, mengatakan bahwa berdasarkan pemantauan pasar dan pengalaman di lapangan, terdapat empat momen besar yang hampir selalu memicu kenaikan permintaan cabai. Keempat periode itu adalah Ramadan dan Idulfitri, Iduladha, Maulid Nabi, serta Natal dan Tahun Baru.
“Itu Ramadan dan Idulfitri. Yang kedua Iduladha. Yang ketiga bulan Maulid, pada bulan itu banyak hajatan sehingga kebutuhan cabai naik. Terakhir Natal dan Tahun Baru,” jelas Wahyudi. Jum’at (14/11/2025)
Dari keempat momen tersebut, puncak permintaan tertinggi terjadi pada Ramadan dan Idulfitri. Untuk menghadapi pola musiman ini, DTPHP Kutim menerapkan strategi penataan pola tanam agar panen petani dapat bertepatan dengan masa-masa tingginya permintaan.
“Kita susun jadwal tanam. Jarak antar momen besar itu sekitar tiga bulan. Jadi setiap tiga bulan kita sudah atur agar selalu ada panen,” ungkapnya.

Program pengaturan pola tanam ini telah mulai diterapkan sejak 2023. Pemerintah daerah memberikan dukungan berupa bantuan pengolahan lahan dan penyediaan bibit unggul, terutama bagi kelompok tani yang serius mengembangkan komoditas cabai.
“Kemarin cara kami mendistribusikan bantuan adalah: Anda olah tanah, kami bantu. Setelah itu baru bantuan datang,” terang Wahyudi.
Penanaman biasanya dimulai pada bulan April. Tiga bulan setelah masa tanam, petani mulai memasuki panen awal, sebelum akhirnya mencapai panen raya pada bulan berikutnya. Panen tahap pertama umumnya masih memiliki produktivitas rendah, namun panen raya akan menghasilkan produksi maksimal.
“Panen tahap satu itu produksinya masih rendah. Setelah itu naik sampai titik puncak yang kami sebut panen raya,” jelas Wahyudi.
Menurutnya, pola tanam berjenjang ini terbukti efektif menjaga stabilitas pasokan cabai di pasar Kutai Timur sepanjang tahun. Dengan jadwal panen yang teratur, harga cabai tetap terkontrol dan petani tidak mengalami penurunan harga akibat panen serentak.
“Jadi setiap tiga bulan itu ada panen. Terakhir di Lebaran 2025, pada bulan Maret harga di tingkat petani mencapai Rp100.000 per kilogram, meskipun harga di pasar sudah Rp190.000,” ungkapnya.
Wahyudi menegaskan bahwa dengan strategi tanam berkelanjutan ini, Kutai Timur dapat memperkuat ketahanan produksi cabai lokal dan mengurangi ketergantungan pasokan dari luar daerah. Selain menjaga stabilitas harga, strategi ini juga memastikan keuntungan lebih banyak diterima oleh petani lokal.
“Yang menikmati harga tinggi itu petani kita, bukan petani luar,” tegasnya.
Dengan pola tanam yang lebih terencana dan dukungan pemerintah daerah, DTPHP Kutim optimistis produksi cabai lokal akan semakin meningkat dan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat sepanjang tahun. (Adv/Shin/**)
![]()


