Faktanusa.com, Kutai Barat, — Suasana malam di Taman Budaya Sendawar, Selasa (24/6/2025), terasa berbeda dari biasanya. Sorotan lampu panggung menari di antara gemuruh tepuk tangan penonton, sementara irama musik tradisional mengalun menyatu dengan suara-suara harmoni dari para peserta lomba paduan suara. Festival Gita Nusantara resmi kembali digelar, membawa semangat budaya yang membara dan energi kolaborasi lintas daerah di Bumi Etam.
Festival ini merupakan bagian dari agenda besar Pekan Daerah Petani-Nelayan (PEDA) XI Provinsi Kalimantan Timur, dan menjadi titik temu berbagai unsur budaya dari kabupaten/kota di wilayah tersebut. Mulai dari penampilan tari tradisional, lomba paduan suara, hingga fashion show dengan nuansa etnik, seluruh rangkaian acara disajikan dengan warna-warni khas lokal yang mencerminkan kekayaan budaya Kalimantan Timur.
Tidak hanya diikuti oleh tuan rumah, KTNA Kutai Barat, festival juga dimeriahkan oleh peserta dari Kutai Kartanegara, Paser, Bontang, dan Mahakam Ulu. Tiap kontingen menampilkan keunikan daerahnya masing-masing, membawa cerita rakyat, motif kain tradisional, hingga lagu-lagu daerah yang memukau.
Para peserta dinilai oleh dewan juri profesional yang terdiri dari pelatih paduan suara Ester, penyanyi sekaligus pencipta lagu Petrus, dan pengurus KTNA Kalimantan Timur, Aida Mustafa. Penilaian mencakup aspek teknis, estetika, serta kesesuaian dengan nilai-nilai budaya lokal.
Turut hadir dalam malam puncak Festival Gita Nusantara adalah Wakil Ketua DPRD Kalimantan Timur, Ekti Imanuel, yang juga menjabat sebagai Ketua KTNA Kutai Barat. Ia didampingi oleh Sekretaris Daerah Kutai Barat, Ayonius, dan jajaran Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda).

Dalam sambutannya, Ekti menyampaikan apresiasi atas penyelenggaraan festival yang dinilainya bukan sekadar hiburan, tetapi sebagai sarana pelestarian budaya yang sangat penting bagi generasi muda.
“Ini bukan sekadar pertunjukan seni. Ini adalah cara kita memperkuat identitas budaya daerah. Kita harus bangga dengan warisan leluhur,” ucap Ekti di hadapan ratusan penonton yang memenuhi area taman budaya.
Ia juga menekankan bahwa kegiatan seperti ini mempererat hubungan emosional antar kontingen dan menjadi ruang kolaborasi yang sarat nilai gotong royong dan saling menghargai.
Festival Gita Nusantara tahun ini tak hanya menjadi ajang pentas seni, namun juga ditujukan untuk menguatkan jejaring kerja antar petani dan nelayan, khususnya melalui KTNA sebagai organisasi yang berperan penting dalam pembangunan ekonomi kerakyatan.
Ajang ini menjadi sarana bertukar ide, memperlihatkan potensi ekonomi berbasis budaya, dan menciptakan ruang tumbuh bagi pelaku usaha kecil dan menengah yang berbasis lokal.
Antusiasme masyarakat pun tak kalah besar. Mulai dari anak-anak hingga orang tua, semua larut dalam suasana kebersamaan dan kebanggaan terhadap budaya mereka. Deretan stan UMKM turut meramaikan lokasi acara, menyajikan kuliner khas dan produk kerajinan tangan yang menggambarkan kekayaan lokal Kutai Barat dan sekitarnya.
Festival Gita Nusantara bukan hanya cerita tentang seni dan tari. Ia adalah kisah tentang semangat kolektif untuk menjaga jati diri budaya di tengah arus modernisasi. Sebuah pengingat bahwa identitas lokal adalah fondasi kuat untuk membangun masa depan yang inklusif, seimbang, dan berakar.
Melalui festival ini, Kutai Barat dan Kalimantan Timur kembali menegaskan komitmennya dalam merawat kekayaan budaya, memberdayakan masyarakat, dan membangun daerah berbasis nilai-nilai lokal yang luhur. (ADV/**)