Faktanusa.com, Balikpapan – Kekecewaan mendalam disampaikan Anggota Komisi III DPRD Kota Balikpapan, Halili Adinegara, usai melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke lokasi proyek pembangunan Gedung DPRD Kota Balikpapan. Dalam kunjungan yang dilakukan Selasa (8/4/2025) itu, Halili mengungkap sejumlah temuan mengejutkan yang dinilai tidak mencerminkan besarnya nilai anggaran yang digelontorkan.
Proyek pembangunan gedung legislatif ini menelan biaya fantastis, yakni sekitar Rp200 miliar. Dari total anggaran tersebut, sekitar Rp62 miliar dialokasikan khusus untuk pengadaan interior. Namun, hasil yang terlihat di lapangan justru jauh dari kata memuaskan.
“Sejujurnya, saya kecewa. Dengan anggaran sebesar itu, saya tidak menyangka kualitas pekerjaannya seperti ini,” ungkap Halili saat ditemui awak media di Gedung Parlemen usai sidak.
Politisi dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini meragukan proyek tersebut dapat selesai tepat waktu. Dalam perencanaannya, gedung DPRD baru ini dijadwalkan rampung pada November 2025. Namun, berdasarkan hasil pemantauan tim Komisi III, terdapat sejumlah pekerjaan yang belum selesai dan bahkan menunjukkan indikasi asal jadi.
Salah satu hal yang menjadi sorotan utama Halili adalah kondisi empat ruangan yang rencananya akan digunakan oleh 45 anggota dewan serta ruang-ruang komisi. Ruangan-ruangan tersebut dinilainya jauh dari standar kenyamanan dan keselamatan.
“Ruangan itu seperti kandang ayam. Tidak ada ventilasi atau sistem sirkulasi udara yang memadai. Padahal ini akan digunakan untuk bekerja oleh para wakil rakyat,” kritiknya.
Tak hanya soal ventilasi, Halili juga menyoroti beberapa bagian teknis pembangunan yang dinilainya bermasalah. Ia menemukan pemasangan plafon yang tidak rata, alat pendingin ruangan di ruang rapat paripurna yang belum terpasang secara menyeluruh, hingga instalasi listrik dan kondisi dinding yang mudah rapuh dan mengelupas.
Yang paling mengkhawatirkan, menurutnya, adalah penggunaan material kaca sebagai dinding di beberapa ruangan yang dinilai sangat berisiko.
“Kaca yang digunakan tampak tipis dan mudah pecah. Kalau sampai terjadi getaran atau insiden kecil, bisa sangat berbahaya,” jelasnya.
Halili meminta pihak kontraktor segera melakukan perbaikan menyeluruh terhadap temuan-temuan tersebut. Ia juga menekankan pentingnya pengawasan lanjutan agar proyek ini tidak menjadi sumber masalah baru di masa mendatang.
“Ini gedung untuk lembaga negara, bukan proyek sembarangan. Jangan sampai pembangunan ini jadi catatan buruk karena kelalaian,” tegasnya. (Adv/**)