Potensi Swasembada Pangan di Tanah Surga Kalimantan Timur

Loading

Faktanusa.com, Samarinda – Kalimantan Timur (Kaltim), dengan lahan yang sangat luas dan subur, dinilai memiliki potensi besar untuk mencapai swasembada pangan. Namun saat ini, kebutuhan bahan pokok pangan di wilayah ini masih bergantung pada pasokan dari luar daerah.
Wakil Ketua DPRD Provinsi Kalimantan Timur, Muhammad Samsun, menggarisbawahi pentingnya memanfaatkan potensi lahan yang ada di Kaltim. “Tanah di Kaltim sangat luas dan subur, dan akan berpotensi jika dikelolah dengan baik untuk memenuhi kebutuhan pangan di provinsi Kalimantan Timur,” ungkapnya.
Samsun menegaskan bahwa ketahanan pangan merupakan isu mendasar yang tidak boleh diabaikan. Dia juga menyatakan bahwa krisis pangan dan krisis energi adalah dua isu utama yang menghantui banyak negara di dunia saat ini. Oleh karena itu, dia meyakini Indonesia harus mengurangi ketergantungan pada impor bahan pangan dari luar negeri.
“Ketahanan pangan adalah masalah mati hidup sebuah bangsa, ini bukan masalah yang harus di sepelekan, tapi betul-betul menjadi permasalahan yang krusial dan fundamental ,” ungkap Samsun. Rabu (18/0/2023).

Menurutnya, beberapa negara sumber pangan mulai membatasi impor pangan ke Indonesia, termasuk Kaltim, karena mereka lebih mengutamakan kebutuhan dalam negeri mereka sendiri. Samsun merasa bahwa visi ketahanan pangan sejalan dengan misi partainya, PDI-P, yaitu mewujudkan swasembada pangan.
“Sebab, beberapa negara sebagai sumber pangan selama ini pasti mengutamakan kepentingan dalam negerinya sendiri,” tuturnya.
Sebagai upaya untuk mencapai tujuan tersebut, Kaltim telah meluncurkan program food estate, yang mencakup penanaman padi dan tanaman pokok pengganti nasi seperti talas, singkong, dan lainnya. Program ini dilakukan secara sistematis dan menyeluruh, mengambil langkah-langkah nyata untuk mencapai swasembada pangan dan mengoptimalkan potensi tanah surga Kaltim.
“Kaltim ini tanah surga. Luas dan subur. Food estate itu bukan hanya menanam padi, tapi juga tanaman pokok pengganti nasi, seperti talas, singkong, dan lain-lain. Ini dilakukan secara sistematis dan menyeluruh,” tandasnya. (ADV/**)
Editor : Shinta Setyana

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top